Kita akan coba membahas cara mengkonfigurasi IP routing pada sebuah
router, bagaimana membagi-bagi alamat IP atau sering dikenal dengan
SUBNETTING, dan bagaimana mengkonfigurasi alamat IP pada tiap-tiap
interface router dengan sebuah subnet yang unik.
Sebelum melanjutkan ke materi, berikut istilah-istilah yang akan sering digunakan
- Address—Nomor ID unik yang di set pada sebuah host atau interface pada sebuah jaringan.
- Subnet— Porsi/blok IP yang merupakan bagian dari jaringan (network sharing).
- Subnet mask—Kombinasi 32-bit, digunakan untuk mengilustrasikan porsi dari sebuah alamat yang merefer pada subnet dan bagian/porsi yang merefer pada host.
- Interface—Sebuah koneksi jaringan (antarmuka).
Sebuah alamat IP adalah sebuah alamat yang digunakan untuk
mengidentifikasi sebuah perangkat secara unik pada sebuah jaringan IP.
Alamat IP terdiri dari 32 bit binary yang terdiri dari porsi network dan
porsi host dengan bantuan dari sebuah “subnet mask”. 32 bit
binary terbagi dalam 4 octet (1 octet = 8 bit). Masing-masing octet
dikonversi menjadi ”decimal” dan dipisahkan dengan tanda titik (dot).
Dengan demikian, sebuah alamat IP dinyatakan dalam format ”dotted
decimal” (contoh, 172.16.81.100). Nilai dari masing-masing octet
berkisar antara 0 sampai 255 dalam “decimal”, atau 00000000 – 11111111
dalam “binary”.
Berikut bagaimana ”octet binary” dikonversi ke ”decimal”: Bit paling kanan dari sebuah octet memiliki nilai 20. Bit disebelah kirinya memiliki nilai 21. dan seterusnya sampai bit paling kiri yang miliki nilai 27. Jadi jika semua bit bernilai 1, nilai ”decimal”-nya menjadi 255 sebagai berikut :
1 1 1 1 1 1 1 1
128 64 32 16 8 4 2 1 (128+64+32+16+8+4+2+1=255)
Berikut contoh sederhana konversi sebuah octect jika tidak semua bit bernilai 1.
0 1 0 0 0 0 0 1
0 64 0 0 0 0 0 1 (0+64+0+0+0+0+0+1=65)
Dan berikut contoh sebuah alamat IP dengan ”binary” dan “decimal”-nya.
10. 1. 23. 19 (decimal)
00001010.00000001.00010111.00010011 (binary)
Octet – octect ini dibagi-dibagi untuk menyediakan sebuah skema
pengalamatan yang dapat mengakomodasi jaringan kecil maupun besar.
Terdapat 5 kelas/class jaringan yang berbeda, yaitu class A sampai
class E. Kita akan membahas hanya pengalamatan jaringan class A sampai C
saja, sedangkan class D dan E diluar ruang lingkup pembahasan.
Figure 1 menunjukkan class jaringan A sampai E dan range alamat IP dari masing-masing class.
Dalam sebuah alamat Class A, octet pertama adalah porsi
jaringan/network, jadi contoh Class A dalam Figure 1 mempunyai alamat
jaringan utama 1.0.0.0 – 127.255.255.255. Octet 2, 3, dan 4 (24 bit
berikutnya) adalah untuk pengaturan dan pembagian jaringan ke dalam
“subnet dan host”. Pengalamatan Class A digunakan untuk jaringan yang
memiliki lebih dari 65.536 host (sebenarnya sampai 16777214 host!).
Dalam sebuah alamat Class B, octet kedua adalah porsi
jaringan/network, jadi contoh Class B dalam Figure 1 mempunyai alamat
jaringan utama 128.0.0.0 – 191.255.255.255. Octet 3 dan 4 (16 bit)
adalah untuk lokal “subnet” dan “host”. Pengalamatan Class B digunakan
untuk jaringan yang memiliki jumlah host antara 256 dan 65534.
Dalam sebuah alamat Class C, octet ketiga adalah porsi
jaringan/network, contoh Class C dalam Figure 1 mempunyai alamat
jaringan utama 192.0.0.0 – 233.255.255.255. Octet 4 (8 bit) adalah untuk
lokal “subnet” dan “host”. Cocok untuk jaringan dengan jumlah host
kurang dari 254.
NETWORK MASK
Sebuah ”network mask” membantu kita mengenal porsi mana dari alamat
IP yang menunjukkan jaringan/network dan porsi mana yang menunjukkan
node/host. Jaringan class A, B, dan C mempunyai “mask default”, juga
dikenal sebagai ”mask natural”, seperti berikut:
Class A: 255.0.0.0
Class B: 255.255.0.0
Class C: 255.255.255.0
Sebuah alamat IP pada jaringan Class A yang belum di-”subnet” akan
memiliki sebuah pasangan alamat/mask seperti contoh : 8.20.15.1
255.0.0.0. Untuk melihat bagaimana “mask” membantu kita mengidentifikasi
bagian/porsi jaringan dan node/host dari sebuah alamat, konversikan
alamat dan “mask” ke bilangan biner/binary.
8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001
255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000
Jika anda sudah mendapatkan alamat dan mask dalam bentuk binary, maka
identifikasi jaringan/network dan host ID akan lebih mudah.
Bit-bit alamat untuk MASK yang di set 1 menyatakan Network ID, dan yang di set 0 menyatakan Node ID.
8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001
255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000
-----------------------------------
net id | host id
netid = 00001000 = 8
hostid = 00010100.00001111.00000001 = 20.15.1
Pengertian Subnetting
Anda bisa membuat multiple logical networks dalam suatu jaringan Class A, B, atau C. Jika anda tidak melakukan subnet, anda hanya bisa menggunakan satu jaringan/network Class A, B, atau C network, hal ini sangatlah tidak lazim.
Tiap-tiap data link di jaringan harus memiliki Network ID
yang unik, dengan node/host pada link tersebut yang menjadi anggota dari
Network tersebut (jaringan yang sama). Jika anda membagi network utama
(Class A, B, atau C) menjadi subnetwork yang lebih kecil, maka anda bisa
membuat interconnecting subnetworks (hubungan antar subnetwork dengan IP routing protocol). Maka masing-masing data link pada jaringan ini memiliki network/subnetwork ID yang unik.
Untuk melakukan subnetting alias men-subnet suatu jaringan, perpanjang natural/default mask
dengan bit-bit yang bernilai 1 pada porsi host ID untuk membuat sebuah
subnetwork ID. Contoh sebuah Class C network: 204.17.5.0 dengan
natural/default mask: 255.255.255.0, Anda bisa membuat subnet dengan
cara sebagai berikut :
204.17.5.0 - 11001100.00010001.00000101.00000000
255.255.255.224 - 11111111.11111111.11111111.11100000
--------------------------|sub|----
Dengan memperpanjang MASK menjadi 255.255.255.224, and telah
menambahkan 3 bit bernilai 1 (ditandai dengan “sub”) pada porsi host
yang digunakan untuk membentuk subnet. Dengan 3 bit tersebut,
memungkinkan anda membuat 8 subnet. Dengan sisa 5 bit bernilai 0 untuk
host ID, masing-masing subnet memiliki 32 alamat host, dan hanya 30
saja yang bisa diterapkan/diconfigurasi pada perangkat/device, karena
host ID dengan seluruh bit nya bernilai 1 atau seluruhnya bernilai 0
tidak bisa diterapkan pada perangkat/device. (Ini sangat penting sekali untuk diingat). Berikut subnet-subnet yang telah kita buat:
204.17.5.0 255.255.255.224 host address range 1 to 30
204.17.5.32 255.255.255.224 host address range 33 to 62
204.17.5.64 255.255.255.224 host address range 65 to 94
204.17.5.96 255.255.255.224 host address range 97 to 126
204.17.5.128 255.255.255.224 host address range 129 to 158
204.17.5.160 255.255.255.224 host address range 161 to 190
204.17.5.192 255.255.255.224 host address range 193 to 222
204.17.5.224 255.255.255.224 host address range 225 to 254
Note: Ada 2 cara untuk penulisan MASK. Pertama,
seperti diatas, anda menggunakan 3 bit bernilai 1 lebih daripada
“natural/default” MASK Class C, anda bisa menyatakan alamat-alamat ini
memiliki 3-bit subnet MASK. Kedua, MASK : 255.255.255.224 dapat ditulis
seperti: /27 karena terdapat 27 bit (bernilai 1) yang telah di set pada
MASK. Cara kedua tersebut, dikenal dengan nama Classless Interdomain Routing (CIDR)-pembahasan berikutnya . Dengan CIDR, satu network dapat ditulis dengan notasi prefix/length. Contoh, 204.17.5.32/27 sama dengan network 204.17.5.32 255.255.255.224.
Skema network subnetting untuk 8 subnet, dapat digambarkan sebagai berikut::
Masing-masing router pada Figure 2 terhubung ke 4
subnetwork, satu diantara subnetwork terhubung pada kedua router
tersebut. Masing-masing router juga memiliki sebuah alamat IP pada
masing-masing subnetwork yang terhubung padanya. Masing-masing
subnetwork bisa men-support sampai 30 alamat IP host.
Lebih banyak subnets, lebih sedikit alamat host yang tersedia per
subnet. Contoh Network kelas C 204.17.5.0 dan sebuah mask
255.255.255.224 (/27) akan menghasilkan 8 subnets, masing-masing subnet
memiliki 32 alamat host ( hanya 30 alamat IP host yang bisa
dikonfigurasi pada perangkat/devices). Jika anda menggunakan mask
255.255.255.240 (/28), maka detilnya sebagai berikut:
204.17.5.0 - 11001100.00010001.00000101.00000000
255.255.255.240 - 11111111.11111111.11111111.11110000
--------------------------|sub |---
Karena anda memiliki 4 bit untuk membuat subnet, sehingga anda hanya
memiliki 4 bit (sebelah kiri) untuk alamat host. Jadi dalam hal ini anda
dapat memiliki 16 subnet, masing-masing subnet memiliki 16 alamat host (
hanya 14 alamat IP host yang bisa dikonfigurasi pada
perangkat/devices).
Kita akan coba liat cara mensubnet untuk Network Kelas B. Jika anda
memiliki network 172.16.0.0 , maka anda akan segera tahu “natura”l
mask-nya adalah 255.255.0.0 atau 172.16.0.0/16. Memperpanjang mask
melebihi 255.255.0.0 berarti anda melakukan “subnetting”. Anda dengan
cepat bisa melihat bahwa anda bisa membuat lebih banyak subnet daripada
Network Kelas C. Jika anda menggunakan mask 255.255.248.0 (/21), berapa
jumlah subnet dan host per subnet?
172.16.0.0 - 10101100.00010000.00000000.00000000
255.255.248.0 - 11111111.11111111.11111000.00000000
-----------------| sub |-----------
Anda menggunakan 5 bit dari “original” bit host untuk subnet. Sehingga anda bisa memiliki 32 subnet (25).
Setelah anda menggunakan 5 bit (nilai 1) untuk “subnetting”, tersisa 11
bit (nilai 0) untuk alamat host. Sehingga anda bisa memiliki 2048
alamat host (211), hanya 2046 alamat IP host yang bisa dikonfigurasi pada perangkat/devices.
Note: Dulu, terdapat keterbatasan penggunaan “subnet
0″ (semua bit subnet diset ke Nol/zero). Beberapa perangkat tidak
mensupport subnet zero ini. Perangkat Cisco Systems dapat menggunakan
subnet zero ini dengan mengkonfigurasi perintah : ip subnet zero
Contoh:
Sekarang anda sudah memahami apa itu “subnetting”, mari kita terapkan
ilmu ini. Sebagai contoh, anda memiliki kombinasi 2 alamat IP /mask,
ditulisa dengan notasi “prefix/length” (length=jumlah bit yang bernilai
1), yang telah dikonfigurasi pada 2 perangkat/device. Tugas anda adalah
menentukan apakah kedua perangkat ini berapa pada subnet yang sama atau
berbeda. Anda dapat menggunakan alamat dan mask dari masing-masing
perangkat untuk menentukan subnet dari kedua alamat IP host/perangkat
tersebut.
Perangkat A: 172.16.17.30/20
Perangkat B: 172.16.28.15/20
Penentuan Subnet untuk Perangkat A:
172.16.17.30 - 10101100.00010000.00010001.00011110
255.255.240.0 - 11111111.11111111.11110000.00000000
-----------------| sub|------------
subnet = 10101100.00010000.00010000.00000000 = 172.16.16.0
Penentuan subnet dengan melakukan sebuah logika “AND” antara subnet
mask dan alamat IP host. Dalam hal ini, Perangkat A berada pada subnet
172.16.16.0.
Penentuan Subnet untuk Perangkat B:
172.16.28.15 - 10101100.00010000.00011100.00001111
255.255.240.0 - 11111111.11111111.11110000.00000000
-----------------| sub|------------
subnet = 10101100.00010000.00010000.00000000 = 172.16.16.0
Dari hasil diatas, disimpulkan bahwa Perangkat A dan Perangkat B berada/memiliki subnet yang sama , yaitu 172.16.16.0.